Suatu siang di tahun 2003, saya sedang berada di dalam bus jalur 4 yang sedang berhenti menunggu penumpang di seberang Gramedia, Jogja. Ini tahun pertama saya di Jogja; tahun di saat tempat yang saya kunjungi hampir tiap hari selain kampus adalah toko buku, tahun di saat bus jalur 4 menjadi angkutan favorit, dan tahun di saat saya rajin membeli kaset di Popeye. Siang itu, di dalam bus, 2 orang pengamen sedang bernyanyi dengan semangat sebuah lagu yang masih terdengar asing bagi saya, namun seorang perempuan tua di samping saya tampak hafal dan ikut menyanyikan lagu itu.
Bila Kau Datang dari Selatan.. Langsung saja Menuju Gondomanan..
Itu bagian lirik yang paling saya ingat. Dan nantinya dalam beberapa kesempatan saya bertanya kepada kawan-kawan saya, "Gondomanan itu dimana?". Belakangan baru saya tahu, lagu yang ikut dinyanyikan dengan fasih oleh perempuan tua dalam bus itu berjudul "Sayidan" dari band Shaggydog. Nama "Shaggydog" sebenarnya sudah pernah saya dengar di tahun 2000, namun tidak untuk karya mereka. Band ska yang lebih familiar untuk saya saat itu adalah nama-nama macam Tipe-X, Jun Fan Gung Foo dan Noin Bullet yang lebih sering muncul di TV di era ledakan ska (akhir dekade 90-an hingga awal 2000an). Hingga akhirnya perkenalan berkesan dengan "Sayidan" itu membawa saya untuk lebih mencari tahu tentang Shaggydog, mendengarkan karya-karya mereka yang lain dan mendatangi gig-gig yang memajang nama Shaggydog.
Sayidan adalah ghetto di pinggir kali Code, Jogja. Tempat dimana Bandizt (Original Sayidan Crew!) membentuk LAMPU di tahun '96 bersama Raymond dan Aji yang saat itu sering mengkover NOFX, Voodoo Glow Skulls dan Rancid saat pentas. Pentas pertama LAMPU adalah acara perayaan 17an di kampung Sayidan. Karena dirasa nama LAMPU kurang membawa hoki, Bandizt yang mendapat inspirasi dari film kartun kemudian merubah nama band ini menjadi Shaggydog. Richard, Heru, Lilik, dan Yoyok (yang menggantikan Aji) sudah bergabung.
Jangan kau takut pada gelap malam.. Bulan dan bintang semuanya teman..
Tembok tua tikus-tikus liar.. Iringi langkah kita menembus malam..
Selain dikenal sebagai rumah bagi Shaggydog, gang kecil sebelum perempatan Gondomanan ini juga merupakan tempat berkumpul beragam komunitas subkultur. Diantaranya Sayidan Skinhead dan band old school hardcore Something Wrong.
Jika The Beatles punya "Penny Lane", maka Shaggydog punya "Sayidan". Namun "Sayidan" bukan hanya tentang gang kecil diantara bangunan tua tengah kota Jogja tempat mereka berkumpul dan berbagi gelas menghabiskan malam. Disengaja atau tidak, Shaggydog berhasil menyampaikan dengan dengan baik kesederhanaan, kebersamaan dan kehangatan yang dimiliki Jogja lewat anthem klasik ini. Kalau KLa Project punya "Yogyakarta" yang lebih kalem, maka "Sayidan" adalah lagu tentang Jogja versi jalanan.
Saat menulis "Sayidan", mungkin Bandizt cs takkan pernah menyangka lagu ini akan begitu berpengaruh, hingga "Sayidan" membawa mereka keliling nusantara semenjak Hot Dogz (2003) dirilis EMI. Bahkan majalah Rolling Stone Indonesia menempatkan "Sayidan" dalam daftar bergengsi 150 Lagu Indonesia Terbaik Sepanjang Masa. Katakanlah jika Shaggydog hanya menancapkan eksistensi hingga "Sayidan" dan bubar, itu sudah cukup untuk menorehkan sejarah. Namun mereka tak berhenti sampai disitu. Shaggydog berhasil selamat dari ledakan ska yang hanya menyisakan beberapa band; Tipe-X dan Arigato (kini Souljah), masih setia membuat kita berdansa dan bahkan merilis Kembali Berdansa (2006) album ke-4 mereka yang layak diberi tempat terhormat sebagai Album Ska/Reggae Indonesia Terbaik. Kini, di saat Tipe-X sudah seperti kangen band versi ska, dan band reggae yang terdengar setipe dan membosankan kian menjamur, Shaggydog masih konsisten dan tetap pantas untuk dimasukan dalam kategori "Keren!". Semoga selamanya.
Selamat ulang tahun yang ke-14 untuk The Dawgz. Tetaplah bersinar!
XZLD
Doggies
Saat menulis "Sayidan", mungkin Bandizt cs takkan pernah menyangka lagu ini akan begitu berpengaruh, hingga "Sayidan" membawa mereka keliling nusantara semenjak Hot Dogz (2003) dirilis EMI. Bahkan majalah Rolling Stone Indonesia menempatkan "Sayidan" dalam daftar bergengsi 150 Lagu Indonesia Terbaik Sepanjang Masa. Katakanlah jika Shaggydog hanya menancapkan eksistensi hingga "Sayidan" dan bubar, itu sudah cukup untuk menorehkan sejarah. Namun mereka tak berhenti sampai disitu. Shaggydog berhasil selamat dari ledakan ska yang hanya menyisakan beberapa band; Tipe-X dan Arigato (kini Souljah), masih setia membuat kita berdansa dan bahkan merilis Kembali Berdansa (2006) album ke-4 mereka yang layak diberi tempat terhormat sebagai Album Ska/Reggae Indonesia Terbaik. Kini, di saat Tipe-X sudah seperti kangen band versi ska, dan band reggae yang terdengar setipe dan membosankan kian menjamur, Shaggydog masih konsisten dan tetap pantas untuk dimasukan dalam kategori "Keren!". Semoga selamanya.
Selamat ulang tahun yang ke-14 untuk The Dawgz. Tetaplah bersinar!
XZLD
Doggies
Tidak ada komentar:
Posting Komentar