Hybrid Theory
Linkin Park
24 Oktober 2000
Warner Bros
Hybrid Theory dirilis awal dekade 2000an, meledak dan mengenalkan Linkin Park ke seluruh dunia. Tidak terkecuali kota asal saya, Ternate. Sebagian besar teman lelaki saya di sekolah mendengarkan Linkin Park, tapi tidak untuk saya yang saat itu lebih tertarik mendengarkan band-band rock yang lebih tua macam Queen, Nirvana atau Guns 'N Roses dan band lokal seperti Slank, Netral dan Boomerang. Bahkan saat teman-teman saya menata rambut mereka mirip Mike Shinoda, mengubah nama panggilan mereka menjadi Chester, menyanyikan "Crawling" di kelas, dan mengkover lagu itu dengan band mereka, Linkin Park belum menjadi hal yang menarik bagi saya. Oke, harus diakui saya selalu menyaksikan "In The End" saat diputar di MTV, itu pun karena video itu keren. Dan saya juga tau hits macam "Papercut", "One Step Closer" atau "Crawling" yang saya dengarkan saat berkunjung ke rumah teman yang menyukai Linkin Park. Tapi Linkin Park masih tetap biasa di kuping saya. Tidak spesial. Band yang saya anggap spesial akan saya miliki albumnya atau setidaknya meminjam kasetnya lewat teman dan mendengarkan album itu hingga selesai. Hybrid Theory tidak.
Sore ini, 17 Juni 2011, hampir 11 tahun semenjak Hybrid Theory dirilis, akhirnya saya mendengarkan album ini hingga selesai. Dan hasilnya: masih tetap sama, terdengar biasa. Bahkan terdengar alay.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar