25 November 2011
15 November 2011
13 Oktober 2011
Damian "Jr. Gong" Marley Rare Video
Belum ada keterangan tentang video ini di sumbernya, namun bisa dipastikan video ini direkam pada pertengahan dekade 90an (circa 1996) saat debut albumnya Mr. Marley dirilis. Saat itu Gong muda baru berumur 18 tahun dan sudah memainkan dancehall.
19 September 2011
Walikota Metal: Joko Widodo
Jokowi tak hanya ada di hati masyarakat kota Solo. Kini Jokowi juga sukses merebut hati para metalhead. Saat menghadiri pagelaran Rock In Solo 2011 Sabtu (17/09) malam, Jokowi mengenakan kaos Lamb Of God, berdiri di depan stage dan sesekali mengacungkan devil horn saat Death Angel memainkan setnya.
Rasanya impian The Think (penyelanggara Rock In Solo) untuk menjadikan Solo layaknya Wacken tidak lagi terdengar terlalu muluk jika punya walikota seperti Jokowi. Bahkan Jokowi berniat menghadirkan Metallica di Solo.
Tak mengherankan setelah tahu fave band Jokowi adalah: Led Zeppelin, Metallica, Slayer dan Black Sabbath! \m/
Foto: Solo Pos
Foto: Solo Pos
14 Agustus 2011
SuperHeavy
SuperHeavy: Supergroup bentukan Mick Jagger, Dave Stewart, Damian "Junior Gong" Marley, A.R. Rahman dan Joss Stone.
Ide membentuk SuperHeavy datang dari Dave Stewart yang ingin mengawinkan reggae -yang sering ia dengarkan sehari-hari di rumahnya di Jamaica- dan musik bernuansa India -musik kesukaannya dengan Mick (tapi tentu saja ada rock & roll di sana). Mick dan Stewart kemudian memilih dengan bijak orang yang tepat untuk mewujudkan mimpi mereka: A.R. Rahman -komposer film India, musisi, penyanyi dan produser- dan Damian "Junior Gong" Marley, anak terakhir dari legenda reggae Bob Marley namun paling terdepan dalam urusan musik dibanding saudara sebapaknya yang lain: saat saudaranya yang lain masih berkutat dengan roots reggae dan kadang meng-cover lagu miliknya bapaknya, Gong muda sudah memainkan reggae dalam formatnya yang paling mutakhir (dancehall/ragga) sejak dekade 90an.
Dulu, saat Mick terlibat bersama Bob Marley dan Peter Tosh dalam produksi album Bush Doctor milik Tosh, Gong baru saja lahir. Kini, bersama kawan bapaknya itu Gong tergabung dalam supergroup yang resmi diumumkan pada 20 mei 2011 lalu.
Dulu, saat Mick terlibat bersama Bob Marley dan Peter Tosh dalam produksi album Bush Doctor milik Tosh, Gong baru saja lahir. Kini, bersama kawan bapaknya itu Gong tergabung dalam supergroup yang resmi diumumkan pada 20 mei 2011 lalu.
Debut album supergroup ini direkam sejak awal 2009 di Jim Henson Studios, Los Angeles. Mereka merekam 29 lagu dalam 10 hari, dan memilih 12 lagu (ditambah 4 bonus tracks) untuk dimasukkan dalam album SuperHeavy yang akan dirilis pada 19 september mendatang.
Untuk sementara, mari nikmati "Miracle Worker", debut single SuperHeavy yang menampilkan toasting nikmat Junior Gong, suara manis Joss Stone, keliaran dan keseksian Mick Jagger, serta sedikit nafas India dari A.R. Rahman.
24 Juli 2011
08 Juli 2011
Free MP3: Beastie Boys x Major Lazer x Santigold
"Don't Play No Game That I Can't Win" by maddecent
Kolaborasi apik Beastie Boys dan Santigold untuk single album ke-8 Beastie Boys Hot Sauce Committee Part Two. Versi asli yang bernuansa dub/dancehall di-mixing ulang dengan sentuhan moombahton kental oleh duo maut Major Lazer. Silakan, selagi hangat.
01 Juli 2011
Morgue Vanguard tlah Kembali!
Dua hari ini yang lalu, Re-Tweet dari seorang scenester kota bandung yang saya follow twitter-nya cukup menyita perhatian saya. Isi tweetnya: "semlm ngebrel2 ama ucok (morgue vanguard). dia lagi bikin album solo & proyek Nation of Cowards & lagi kolab ama DJ Still (ex Dalek). ngeri!"
Ya, sejak Homicide bubar pada 2007 dan Trigger Mortis yang dibentuk sesudahnya sepertinya belum berniat merilis apapun (kecuali t-shirt bertuliskan TM dengan font buruk), maka kabar seperti ini adalah kejutan yang menyenangkan.
Belum lama ini Morgue Vanguard atau yang lebih dikenal dengan Ucok Homicide menutup akun Facebook-nya. Padahal akun FB-nya cukup penting (bagi saya), mengingat MV banyak menulis lewat notes di akun FB-nya (selain di Jakartabeat.net), juga membagi link-link rekaman maupun tulisan/berita yang menarik. Info yang saya terima lewat twitter itu pun belum bisa saya konfirmasi ke MV, saya tak memiliki emailnya. Hingga saya menemukan link ke blog milik MV. Pada blogposting yang diberi judul "Back To The Fukkin Lab: Confirmed Projects", MV menjelaskan proyek-proyek musikal apa saja yang sudah/sedang dikerjakannya.
Proyek yang telah digarapnya; Merilis debut album Eyefeelsix - Pain Per Hate lewat labelnya Grimloc Records, Album ini bisa dipesan lewat Omunium; MV juga turut berkontribusi dalam album terbaru dari The Brandals (yang kini menyingkat namanya menjadi BRNDLS) DGNR8 pada lagu berjudul "Abrasi".
Sedang proyek yang tengah digarap MV:
1. Proyek tribut untuk Gil-Scott Heron, proyek mini album berisi 3 lagu yang dikerjakannya bersama Anto (Antruefunk) dan Udi (Pure Saturday).
2. Proyek kolaborasi dengan DJ Still a.k.a Hsi-Chang Lin (ex-Dalek). Proyek ini akan dirilis dalam format vinyl dan akan memuat 2 lagu.
3. Kabar menggembirakan bagi para penggemar karya-karya Homicide. Label milik MV, Grimloc Records akan bekerja sama dengan Grieve Records, milik Uri (Ghaust) untuk merilis kembali EP Barisan Nisan. Pada 2005, EP ini hanya dirilis dalam format CD-R dengan jumlah 100 pcs. Kali ini, EP Barisan Nisan akan diproduksi sebanyak 200 pcs dalam format vinyl!
4. OK, yang terakhir ini saya kutip saja apa yang ditulis ucok dalam blognya: "Last but not least, saya memutuskan untuk melupakan sejenak Trigger Mortis dan menggarap gas pol album solo. Berapapun lagu yang akhir tahun nanti jadi saya akan rilis sejumlah itu. This going to be a hectic year, tapi seperti kata pepatah semakin riweuh, semakin pusing, semakin asoy. I’ll make sure the mics ripped, my sampler machine banging and boredom smashed. Mun tungtungna jadi migren mah, kumaha engke we lah."
Jadi, kita tunggu saja kejutan ini berlanjut. ;)
18 Juni 2011
Slamat Ulang Taun, McCartney!
Hari ini, 69 Tahun yang lalu, Sir Paul McCartney lahir di Liverpool. Untuk turut merayakan hari bahagia McCartney ini, maka playlist saya sore ini hanya berisi lagu-lagu dari The Beatles, terutama ciptaan McCartney. Saya pun menyusun beberapa lagu terbaik ciptaan McCartney saat bersama The Beatles. Ada lagu yang diciptakan sendiri oleh McCartney, ada yang diciptakan McCartney bersama Lennon dan ada lagu yang diciptakan oleh McCartney namun dalam kreditnya ditulis "Lennon/McCartney". Daftar terbaik ini saya susun mulai dari judul pertama yang muncul di benak saya saat menyebut nama McCartney.
1. "The Long and Winding Road" [Let It Be... Naked - 2003]
Lagu ini merupakan single dari album terakhir The Beatles, Let It Be, yang dirilis pada 8 mei 1970. Namun versi album Let It Be itu jelek. Phil Spector, sang produser, menambah orkestrasi string yang membuat "The Long and Winding Road" terdengar tidak lebih baik dari versi asli yang sebelumnya telah di-mixing Glyn Johns. McCartney yang tidak puas dengan hasil Let It Be, kemudian melakukan mixing dan mastering ulang (sudah termasuk membuang jauh-jauh orkestrasi string yang dipakai Spector) dan merilis kembali album itu dengan nama Let It Be... Naked pada 2003. Bagi saya "The Long and Winding Road" adalah karya terbaik yang dimiliki The Beatles.
2. "Penny Lane" [Magical Mystery Tour - 1967]
3. "Hey Jude" [1968]
Lagu yang ditulis McCartney untuk menyenangkan Julian Lennon karena perceraian orang tuanya (John & Cynthia Lennon). Namun entah kenapa, tiap kali bertemu pengamen yang sering memainkan The Beatles, lagu yang selalu saya pesan untuk dimainkan adalah "Hey Jude". Lagu wajib karaoke akhir pekan. Part "Na.. Na.. Na.." di akhir lagu selalu menjadi bagian favorit semua orang.
4. "I Will" [White Album - 1968]
5. "Good Day Sunshine" [Revolver - 1966]
6. "Let It Be" [Let It Be - 1970]
7. "Yesterday" [Help - 1965]
Selamat ulang taun Om Paul McCartney! Semoga panjang umur dan semoga mimpi saya untuk menyaksikan penampilan Anda dan menyanyikan "The Long and Winding Road" bersama bisa segera terwujud.
17 Juni 2011
Linkin Park - Hybrid Theory
Hybrid Theory
Linkin Park
24 Oktober 2000
Warner Bros
Hybrid Theory dirilis awal dekade 2000an, meledak dan mengenalkan Linkin Park ke seluruh dunia. Tidak terkecuali kota asal saya, Ternate. Sebagian besar teman lelaki saya di sekolah mendengarkan Linkin Park, tapi tidak untuk saya yang saat itu lebih tertarik mendengarkan band-band rock yang lebih tua macam Queen, Nirvana atau Guns 'N Roses dan band lokal seperti Slank, Netral dan Boomerang. Bahkan saat teman-teman saya menata rambut mereka mirip Mike Shinoda, mengubah nama panggilan mereka menjadi Chester, menyanyikan "Crawling" di kelas, dan mengkover lagu itu dengan band mereka, Linkin Park belum menjadi hal yang menarik bagi saya. Oke, harus diakui saya selalu menyaksikan "In The End" saat diputar di MTV, itu pun karena video itu keren. Dan saya juga tau hits macam "Papercut", "One Step Closer" atau "Crawling" yang saya dengarkan saat berkunjung ke rumah teman yang menyukai Linkin Park. Tapi Linkin Park masih tetap biasa di kuping saya. Tidak spesial. Band yang saya anggap spesial akan saya miliki albumnya atau setidaknya meminjam kasetnya lewat teman dan mendengarkan album itu hingga selesai. Hybrid Theory tidak.
Sore ini, 17 Juni 2011, hampir 11 tahun semenjak Hybrid Theory dirilis, akhirnya saya mendengarkan album ini hingga selesai. Dan hasilnya: masih tetap sama, terdengar biasa. Bahkan terdengar alay.
01 Juni 2011
Angkat Sekali Lagi Gelasmu Kawan!
Suatu siang di tahun 2003, saya sedang berada di dalam bus jalur 4 yang sedang berhenti menunggu penumpang di seberang Gramedia, Jogja. Ini tahun pertama saya di Jogja; tahun di saat tempat yang saya kunjungi hampir tiap hari selain kampus adalah toko buku, tahun di saat bus jalur 4 menjadi angkutan favorit, dan tahun di saat saya rajin membeli kaset di Popeye. Siang itu, di dalam bus, 2 orang pengamen sedang bernyanyi dengan semangat sebuah lagu yang masih terdengar asing bagi saya, namun seorang perempuan tua di samping saya tampak hafal dan ikut menyanyikan lagu itu.
Bila Kau Datang dari Selatan.. Langsung saja Menuju Gondomanan..
Itu bagian lirik yang paling saya ingat. Dan nantinya dalam beberapa kesempatan saya bertanya kepada kawan-kawan saya, "Gondomanan itu dimana?". Belakangan baru saya tahu, lagu yang ikut dinyanyikan dengan fasih oleh perempuan tua dalam bus itu berjudul "Sayidan" dari band Shaggydog. Nama "Shaggydog" sebenarnya sudah pernah saya dengar di tahun 2000, namun tidak untuk karya mereka. Band ska yang lebih familiar untuk saya saat itu adalah nama-nama macam Tipe-X, Jun Fan Gung Foo dan Noin Bullet yang lebih sering muncul di TV di era ledakan ska (akhir dekade 90-an hingga awal 2000an). Hingga akhirnya perkenalan berkesan dengan "Sayidan" itu membawa saya untuk lebih mencari tahu tentang Shaggydog, mendengarkan karya-karya mereka yang lain dan mendatangi gig-gig yang memajang nama Shaggydog.
Sayidan adalah ghetto di pinggir kali Code, Jogja. Tempat dimana Bandizt (Original Sayidan Crew!) membentuk LAMPU di tahun '96 bersama Raymond dan Aji yang saat itu sering mengkover NOFX, Voodoo Glow Skulls dan Rancid saat pentas. Pentas pertama LAMPU adalah acara perayaan 17an di kampung Sayidan. Karena dirasa nama LAMPU kurang membawa hoki, Bandizt yang mendapat inspirasi dari film kartun kemudian merubah nama band ini menjadi Shaggydog. Richard, Heru, Lilik, dan Yoyok (yang menggantikan Aji) sudah bergabung.
Jangan kau takut pada gelap malam.. Bulan dan bintang semuanya teman..
Tembok tua tikus-tikus liar.. Iringi langkah kita menembus malam..
Selain dikenal sebagai rumah bagi Shaggydog, gang kecil sebelum perempatan Gondomanan ini juga merupakan tempat berkumpul beragam komunitas subkultur. Diantaranya Sayidan Skinhead dan band old school hardcore Something Wrong.
Jika The Beatles punya "Penny Lane", maka Shaggydog punya "Sayidan". Namun "Sayidan" bukan hanya tentang gang kecil diantara bangunan tua tengah kota Jogja tempat mereka berkumpul dan berbagi gelas menghabiskan malam. Disengaja atau tidak, Shaggydog berhasil menyampaikan dengan dengan baik kesederhanaan, kebersamaan dan kehangatan yang dimiliki Jogja lewat anthem klasik ini. Kalau KLa Project punya "Yogyakarta" yang lebih kalem, maka "Sayidan" adalah lagu tentang Jogja versi jalanan.
Saat menulis "Sayidan", mungkin Bandizt cs takkan pernah menyangka lagu ini akan begitu berpengaruh, hingga "Sayidan" membawa mereka keliling nusantara semenjak Hot Dogz (2003) dirilis EMI. Bahkan majalah Rolling Stone Indonesia menempatkan "Sayidan" dalam daftar bergengsi 150 Lagu Indonesia Terbaik Sepanjang Masa. Katakanlah jika Shaggydog hanya menancapkan eksistensi hingga "Sayidan" dan bubar, itu sudah cukup untuk menorehkan sejarah. Namun mereka tak berhenti sampai disitu. Shaggydog berhasil selamat dari ledakan ska yang hanya menyisakan beberapa band; Tipe-X dan Arigato (kini Souljah), masih setia membuat kita berdansa dan bahkan merilis Kembali Berdansa (2006) album ke-4 mereka yang layak diberi tempat terhormat sebagai Album Ska/Reggae Indonesia Terbaik. Kini, di saat Tipe-X sudah seperti kangen band versi ska, dan band reggae yang terdengar setipe dan membosankan kian menjamur, Shaggydog masih konsisten dan tetap pantas untuk dimasukan dalam kategori "Keren!". Semoga selamanya.
Selamat ulang tahun yang ke-14 untuk The Dawgz. Tetaplah bersinar!
XZLD
Doggies
Saat menulis "Sayidan", mungkin Bandizt cs takkan pernah menyangka lagu ini akan begitu berpengaruh, hingga "Sayidan" membawa mereka keliling nusantara semenjak Hot Dogz (2003) dirilis EMI. Bahkan majalah Rolling Stone Indonesia menempatkan "Sayidan" dalam daftar bergengsi 150 Lagu Indonesia Terbaik Sepanjang Masa. Katakanlah jika Shaggydog hanya menancapkan eksistensi hingga "Sayidan" dan bubar, itu sudah cukup untuk menorehkan sejarah. Namun mereka tak berhenti sampai disitu. Shaggydog berhasil selamat dari ledakan ska yang hanya menyisakan beberapa band; Tipe-X dan Arigato (kini Souljah), masih setia membuat kita berdansa dan bahkan merilis Kembali Berdansa (2006) album ke-4 mereka yang layak diberi tempat terhormat sebagai Album Ska/Reggae Indonesia Terbaik. Kini, di saat Tipe-X sudah seperti kangen band versi ska, dan band reggae yang terdengar setipe dan membosankan kian menjamur, Shaggydog masih konsisten dan tetap pantas untuk dimasukan dalam kategori "Keren!". Semoga selamanya.
Selamat ulang tahun yang ke-14 untuk The Dawgz. Tetaplah bersinar!
XZLD
Doggies
19 Mei 2011
Legalize It!
Bert merombak dan memilah-milah anthem klasik "Legalize It" (1976) dari album berjudul sama milik Peter Tosh, menambah berlayer-layer delay, memotong dan merepetisi bagian chorus, menaruh "ganja" tepat pada tempatnya dan melengkapi track berbahaya ini dengan wobble berat, rapat, intens dan nonjok!
Perhatian! track ini tidak pantas dijadikan musik pembangkit semangat dalam demo legalisasi ganja (oleh Lingkar Ganja Nasional misalnya). Track ini lebih mulia dimainkan dalam pesta-pesta liar dalam klab-klab bawah tanah pinggiran kota. Legalisasi ganja? Ah.. Sudahlah kawan.
Legalize it! by mbnhmthr
Langganan:
Postingan (Atom)