Terima kasih Gelakoko dan Ketoka, karena 2 kampung itu, citra babi yang selama ini ditampilkan jorok di Shaun the Sheep sedikit terdistorsi. Di Gelakoko saya mendapati kawanan anak babi (seukuran celengan) berwarna putih berkejaran-kerjaran dengan lucunya. Macam kartun. Sedang di Ketoka saya menyaksikan seekor babi besar yang dipotong untuk makan bersama di perkawinan adat Sumba.
Tak seperti menyembelih
sapi, kambing, atau ayam yang pernah saya lihat. Pemotongan
babi caranya sungguh unik –setidaknya bagi saya. Babi yang
masih hidup kedua kakinya diikat pada sepotong bambu, lantas 2
orang memegang kedua sisi bambu dan mengangkatnya setinggi bahu. Babi sudah
dalam posisi berdiri, dan sang penjagal hanya perlu satu tusukan parang tajam
yang langsung menghujam ke jantung babi. SLEB! Babi besar itu pun mati. Setelahnya
babi itu dibelah, dikeluarkan isi perutnya, lantas dibakar. Babi
yang sudah dibakar kemudian dipotong kecil, ada yang dibagi ke
keluarga/tetangga, ada yang selanjutnya diolah lagi untuk disantap bersama.