17 September 2007

Merayakan Romantisme Kebisingan

Merayakan “Romantisme” Kebisingan, Lintas Gigs, dan Reuni

Kinoki-Purnabudaya UGM
080907

Semua mata kemudian tertuju ke tengah-tengah kafe, seperangkat penghasil bunyi-bunyian “kotor” telah tersusun rapi dan duduk manis sambil tersenyum menunggu dihantam. Kinoki, malam itu disulap menjadi sebuah pesta kebun yang penuh bising. Saya juga bunga serta semua orang yang ada di Kinoki berdiri mengitari 5 orang -bernama tengah noise- dan memasrahkan jiwa saya untuk diracuni malam ini. Sumber kebisingan berada ditengah-tengah sana. Tapi ada yang lain dari mereka malam ini, Jimi -yang biasanya menyumbangkan suara-suara Psychedelic dengan gitarnya- malam itu memainkan keyboards. Dan (nantinya) hingga sejam setelahnya, mereka terdengar seperti The Doors yang memainkan lagu-lagu dari Sonic Youth juga The Stooges.

Dulu saya pernah menyimpulkan, kalo Seek Six Sick hanyalah susunan partikel-partikel kecil puisi, dan sisanya dipenuhi kebisingan, namun malam ini mereka melengkapinya dengan satu formula yang beda, Romantic, yap.. Mereka sangat romantis malam ini. Sangat-sangat manis. Jauh lebih manis dari Carpenters sekalipun. Hanya untuk malam ini. Bukan karena Bofag menyanyikan Noise Rock Song, kemudian pesta penuh bising ini digelar di sebuah kafe dengan taman yang indah. Saya sedang berbunga-bunga dan datang bersama Bunga malam ini. Terberkatilah semua kebisingan menjadi romantis. Kebisingan yang romantis.

Apakah ini deja vu atau bukan, Setiap kali melihat aksi-aksi Bofag, saya selalu merasa diculik Ian Curtis. Menari-nari meliukan tubuhnya, berputar, kemudian menjatuhkan tubuhnya, ekspresif, dingin tak jelas. Dia terlihat seperti orang sakit. Bofag memang pintar berakting. Aksi-aksi mereka memang sayang kalo dilewatkan begitu saja.

Saya tahu Bofag-lah orang yang paling berani malam ini. Hingga dia tak perlu mengumbar-ngumbar sumpah tidak penting seperti I’m anti macho Rockstar, atau I Hate Adidas. Saya hanya ingin mendengarkan Rock N Roll Suicide dan Merayakan Kebisingan. Namun tak kunjung dibawakan. Ah.. tak apalah Supermodel Kills Supermarket Deals dan I Wanna Be Your Dog milik The Stooges sudah lebih dari cukup untuk saya.

Banyak orang-orang hebat terlihat disini (Setidaknya bagi saya mereka hebat). Barisan pasukan Armada Racun, Venzha, Belajar Membunuh, juga the one n only Wok The Rock, Punker gaek ini memang tak ada matinya.

Saya meningggalkan kinoki pukul 11, dan sengaja melewatkan Midijunkie mendengarkan suara-suara sintetis dari perangkat digitalnya. Saya kurang tertarik. Venzha tetaplah yang terbaik untuk saya.

Petualangan berlanjut ke Purnabudaya, ada Death Vomit dan Raja Singa disana, tapi saya tak berniat sama sekali menyaksikan mereka. Misi saya kali ini, hanyalah menemukan Pakde We. Dan kemudian mempermalukan Pakde Igit didepan temen-temennya. Oh… tak disangka, baru saja masuk ke venue, saya sudah dikagetkan dengan kehadiran Dito, ya..Dito. gitaris band Thrash Metal, Unveils. Sejak mengenal Dito, kamar kos saya langsung berubah jadi perpustakan mini. Hahaha.. (balikin buku-bukukuuuu…). Dito yang malam itu datang bersama istrinya sangat lain dari biasanya. Rambutnya di cat warna-warni, begitu juga dina, biar terlihat serasi mungkin. Setelah menikah nampaknya banyak perubahan yang terjadi pada dito. Hehehe…Tetap langgeng ya pakde!!

Maksud hati pingin ngerjain Pakde Igit malah berubah menjadi aksi seru-seruan dadakan. Di gig ini, beberapa teman lama juga hadir. Selain pakde-pakde “Bugisan Wild Crew”, ada Jack, drumer band lama saya, juga Otep. Ah.. gigs memang ajang reuni bagi saya juga teman-teman saya. Kami semua dipertemukan gigs, dan disatukan kembali lewat gigs. Kembali pada fitrahnya. Dasar banci gigs.

Haha.. Harusnya tulisan ini sudah saya post seminggu yang lalu, hanya saja otak saya makin lama makin lemah saja. Kebanyakan mbojo efeknya kurang baik untuk saya. hehehe… yowis, slamat menunaikan ibadah puasa! Tetap Liar!!!


merayakan17september07
01.25pm
inspiredbysigitsrums