Timor


Saya memulai tahun ini dari Timor. Selama 5 minggu, dari 8 februari hingga 15 maret 2014, saya berkesempatan mengunjungi Timor Tengah Selatan (Polen, Amanuban Barat, Kuan Fatu, Amanuban Selatan) dan Kelapa Lima, Alak, Oebobo dan Maulafa di Kota Kupang. 5 minggu dengan ritme pekerjaan yang nyaris tanpa jeda sungguh tak terasa. Saat pekerjaan telah usai dan sudah waktunya pulang, saya masih ingin tetap di sana. Ya, mungkin untuk sekedar menyapa laut di utara atau duduk-duduk makan jagung bakar di Oesapa atau Teddy beach di tengah kota. Oiya, saya belum sempat merasakan nikmatnya se’i! Om Fallo berjanji akan mengajak saya menyantap se’i yang halal, namun sampai hari terakhir saya di sana, dia tak tahu dimana tempat yang menjual se’i halal yang siap disantap. :D

Saya belum sepenuhnya menikmati Timor. Tapi mungkin memang begitu seharusnya. Agar saya bisa kembali lagi ke sana. Ke tanah Timor. Tanah kering (Pahmeto).

Selama di Timor, saya tidak sempat untuk mem-posting catatan perjalanan satu pun. Hanya menulis sepotong-sepotong catatan di blocknotes. Jadi saya menyusun ini di Jogja, saat saya sudah mulai merindukan Timor dengan segala isinya, dialek Kupang, Mama Imel, Om Fallo dan Country.
  1. Memilih Indonesia
  2. Kuanfatu
  3. Merdu
  4. Noemuke
Terima kasih untuk Bapa Dominggus Busa (Polen), Bapa Yunus Tafuli (Kuanfatu), Bapa Markus (Basmuti), Kepala Desa Noemuke, Ando dan Om Dance di kantor CIS Timor SoE, Mas Sigit dan Mbak Andri di Kelapa Lima, semua yang kami temui setanah Timor dan teman-teman Tim EA: Maria Imelda Toge, Egidius Fallo, Prietta Mellisa, Yeni Woro Puspita, Mugi Lestari dan Arief Deski, serta PSKK UGM yang sudah menempatkan kami disana.

 -- EA32

ditulis sambil mendengarkan "Country Roads" - John Denver


Tidak ada komentar: