Keberadaan rumah makan Minang yang
merambat dari belahan Sumatera hingga Merauke punya kelebihan dan
sedikit kekurangan. Salah satu kelebihannya, teman-teman muslim jadi
punya banyak pilihan tempat makan. Namun kesempatan kami untuk
mencari dan menyantap kuliner lokal jadi berkurang. Yah katakanlah
kalau di Timor, jagung bose dan se’i misalnya.
Minggu (9/2), sekitar pukul 14, kami
singgah untuk makan siang di rumah makan Minang Pondok Salero di SoE.
Siang ini kami sedang dalam perjalanan menuju Polen. Bertolak dari
Kupang lebih 12, kami memulai perjalanan dari Bundaran PU lantas ke
arah timur menuju Penfui, melewati bundaran tugu Merpati di depan
Bandar Udara El Tari.
Perjalanan menuju Polen melewati jalan
negara yang mulus hingga Atambua. Dalam perjalanan kami sering
berpapasan dengan angkutan kota, angkutan pedesaan dan bis-bis antar
kota. Angkutan kota di Kupang dan SoE umumnya berwarna putih dengan
bagian body samping terdapat nama angkot itu yang ditulis dengan font
3D dan bagian dalam hurufnya diwarnai dengan gradasi warna-warna
cerah. Pada bagian tengah tiap-tiap hurufnya terdapat logo yang sama.
Ada yang berlogo bunga, ada yang laba-laba, dan ada pula yang berlogo
bintang david. Sedang di jendela belakang angkot dipenuhi dengan
macam-macam sticker. Ada angkot yang memasang sticker
Bob Marley dan Toots and The Maytals! :D
Sama halnya dengan di Ternate,
seperlima bagian angkutan kota Kupang adalah soundsystem. Ada
masanya, di Ternate, para pelajarnya hanya mau menumpang angkot
dengan soundsystem yang paling batandang. Ternyata hal
itu berlaku juga di Kupang. Soundsystem adalah magnet bagi
kaum muda, khususnya kalangan pelajar, untuk memilih angkutan kota.
Angkutan pedesaan yang mempunyai rute
hingga Kupang adalah mobil-mobil bak terbuka, macam Suzuki Carry,
yang bagian belakangnya sudah diatapi karpet atau terpal dan diberi
dudukan kayu. Sebagian angkutan pedesaan itu juga menaruh speaker
di bagian belakang. Rasanya ini bukan untuk gengsi-gensian, namun
murni sebagai hiburan untuk penumpang. Selain untuk penumpang, bagian
belakang angkutan pedesaan juga difungsikan untuk memuat hasil-hasil
kebun yang akan dijual di kota.
Bis-bis antar kota di Timor
(SoE-Kupang, Kefa-Kupang, Atambua-Kupang) berukuran 2 kali lebih
besar dari angkutan kota. Bis-bis ini bisa memuat apa saja. Selain
penumpang, bis tersebut juga memuat hasil-hasil kebun, sepeda motor
dan babi yang diikat di bagian belakang bis!
Di jalan raya timor di wilayah
kabupaten Kupang ada 1 titik di mana terdapat banyak lapak/warung
yang menjajakan barang yang dikemas dengan anyaman daun lontar. Saya
menyangka itu madu, ternyata garam! Setelah melewati areal persawahan
di wilayah Kabupaten Kupang, selanjutnya kami melewati taman wisata
Camplong yang sejuk dengan pohon-pohon besar nan rindang di kedua
sisi jalan. Setelahnya memasuki Takari, melewati kali-kali kecil
dengan batu-batu kali sebesar gajah. Lalu menyeberangi Noelmina, kali
besar yang memisahkan Takari (Kabupaten Kupang) dan Batu Putih
(Kabupaten Timor Tengah Selatan).
Jalan sebelum dan setelah SoE (Temef)
adalah jalan menurun-mendaki dan berliku-liku. Saya menyebutnya jalan
seribu kelokan. Jalan ini mungkin tak seekstrim jalur Kepahyang yang
tersohor memabukkan itu, tapi cukup rawan karena banyak tikungan
tajam pas jalan menurun. Bahkan di salah satu sudut jalan ada
peringatan unik: dilarang kecelakaan, rumah sakit jauh!!!
Kalau di Kabupaten Kupang banyak warung
pinggir jalan yang menjual garam, di Soe, tepatnya di Nulle, Amanuban
Barat, banyak warung/lapak di pinggir jalan yang menjual buah srikaya
dan avokad yang segar-segar. 1 bokor avokad (11-13 buah) hanya
20.000 rupiah!
Lantas, warung yang menjual
sirih-pinang? Oh, tentu saja banyak.
Kami tiba di
Polen menjelang sore dan langsung menuju rumah Dominggus Busa –orang
Flores yang sudah lama menetap di Polen. Sebelum mulai berbincang
banyak, teman kami Egidius Fallo, menyerahkan sepaket sirih-pinang
yang dibelinya di SoE. Bapa Domi Busa menerima sirih-pinang itu
dengan senyum mengembang di wajahnya lantas menatap kami satu-satu, “Beginilah
orang Timor.”
✕
Tidak ada komentar:
Posting Komentar