09 Juni 2007

SELERA KACANGAN, MUSIK KACANGAN

yah..(band) kami memang norak, kami emang dari desa. saya hanya kuli bangunan, dia hanya penjual cendol, dia anak petani, dia kuli bangunan….”

Sebuah tayangan infotainment di salah satu tv swasta yang menampilkan fenomena baru dalam Industri Musik Indonesia sore itu, cukup menggelitik saya dan membuat saya tak berhenti terpingkal-pingkal. sosok muda, yang masih terlihat belia, dan tentu saja terlihat sangat norak, mengomentari dengan sangat polosnya dan setengah kaku -karena mungkin baru sekali diwawancarai di tv- tentang kritikan pedas yang mulai berdatangan atas kemunculan mereka. Kangen band. Fenomena baru dari desa yang membuat para kritikus musik mulai ngoceh sana-sini, membuat para pengamen di sepanjang jalan solo dan malioboro menambah list lagu mereka, meramaikan lapak cd-cd bajakan dengan lantunan tembang pop melayu superduper norak, hingga masuk dalam daftar nada dering ponsel teman saya, yang saya rasa selera musiknya tidak begitu buruk sebelum tahu dia suka band ini.
Ini bukan kali pertama industri musik Indonesia dikagetkan dengan kemunculan band norak seperti kangen band. Sepanjang tahun 2006 lalu, media dihiasi dengan “fenomena kampung” lainnya, bernama Radja. Radio-radio anak muda lokal mendengarkan Benci Bilang Cinta, dan menempatkan lagu ini di chart tertinggi lagu-lagu Indonesia. Semua stasiun tv swasta memutarkan klip-klip dari band ini, sampai-sampai stasiun tv khusus musik, Mtv, tidak mau kalah dalam frekwensi pemutaran klip-klip radja. Majalah-majalah anak muda menghiasi kover depannya dengan foto personil band kampung ini, hingga memuat liputan-liputan terhangatnya. Wajah Ian kasela, vokalis band radja, yang lebih mirip tukang pijat tuna netra daripada vokalis band rock, menghiasi seluruh tayangan infotainment yang memuat berita tentang kontroversi dia dan band kampungnya.
Album “untuk semua” yang baru dirilis band kampung ini pada maret 2007 lalu (konon) meraih double platinum hanya dalam hitungan minggu untuk penjualan diatas 300.000 copy. Sedangkan rekan sesama band norak, kangen band, menembus angka 153.000 copy untuk penjualan album pertama mereka yang demi tuhan, saya tak tega mendengarnya. Angka yang cukup mengagetkan untuk sebuah band baru apalagi untuk band norak dan kampungan seperti mereka. Ditambah lagi ternyata nama band kampung ini sudah lebih dulu dikenal karena penjualan album bajakannya sebelum mereka di-sign Warner music Indonesia. Hey..apa yang terjadi dengan kondisi industri musik di negeri ini?? Apakah memang kangen band dan radja lebih mewakili selera musik masyarakat Indonesia umumnya?? Ataukah masyarakat Indonesia lebih menyenangi lagu-lagu pop melayu menggelikan seperti itu?? Sampai kapan kita akan terus dibayang-bayangi oleh karya-karya buruk yang terus saja didukung media lokal?? ah..sungguh memprihatinkan, mengingat banyak talenta-talenta dengan musik yang berkualitas diluar sana. Sementara raksasa-raksasa label musik terus saja memanfaatkan selera pasar yang homogen, dan terus saja melakukan pembodohan melalui pendengaran kita.
Wenz rawk, editor majalah musik ternama Rolling Stones, dan juga manager dari band new wave The Upstairs, dalam sebuah kesempatan wawancara menyatakan “sebenarnya selera masyarakat musik Indonesia sudah baik, hanya saja diperburuk lagi dengan adanya radja”. Sebuah komentar pedas yang memang pantas apabila diucapkan orang-orang berkompeten seperti dia. David Naif bahkan sempat berkomentar “Tega bener, mau dikemanain musik Indonesia . Kangen Band…please deh!, jangan band-band kayak gitu lagi yang dikeluarin” (kapanlagi.com). Hampir senada dengan Wenz rawk serta David Naif, gitaris dari band screamo Uncle James, Ari, dalam sebuah perbincangan ringan dengan saya, dengan santainya mengatakan “kalo pengen bikin band tenar di Indonesia ini gampang aja…bikin aja band yang senorak-noraknya… bikin lagu norak, nama band norak, pake baju norak, pokoknya semuanya serba norak. Pasti bandnya bakal terkenal”. Ungkapan kekesalan yang lebih pada ketidakpuasan dari seorang pelaku musik, akan kondisi industri musik di negeri ini.
-x-

12 komentar:

Au' mengatakan...

Setuju gak setuju sih sm opininya. Tp opini publik yang terbentuk memang sdh seperti itu.

Kl saia lihatnya dari sisi lain aja, toh yang namanya musik kan soal selera juga ujung2nya. Telinga orang beda2 dalam hal selera pendengaran. Itulah knp perbedaan itu indah :D

Fahrezal Sillia mengatakan...

hi..m4r.
Danks..udah membuang sekian detik anda untuk membaca uneg2 ga penting saya...

boleh juga masukannya..
Danke..

tikabanget™ mengatakan...

wakakakakk..
sayah dengerin The Used aja deh..
hihihi..

KAKA_A mengatakan...

I my selve Extremely agree that LIFE IS LAME WITHOUT MUSIC but as a son i assume that the biggest responsibility that you have now is FINISH YOUR TERTIARY EDUCATION as soon as possible ;-)

Fahrezal Sillia mengatakan...

hehe..yoi..yoi.. tenang saja..

Wendy Yogawijaya mengatakan...

wah kalo yg satu ini saya setuju banget dah.. emang tuh band2 kacangan gak pantes disebut musisi sejati, cooooozzz...orientasi mereka cuma "FAMOUS & MONEY", bukan seni. tapi gmnpun percaya aja deh, musik kayak gitu gak akan bertahan lama, selama mereka masih mempertahankan ke'kacang'an mereka. ok! peace! bravo musician!!! (by:oondoey@yahoo.com)

Fahrezal Sillia mengatakan...

hehe..cip2..

Miemiew mengatakan...

kaqkaqkaq......setujuh banget dah.......karena saya orang ndueso, saya cuman ngerti the used, avenged sevenfold, dashboard confessional, my chemical romance, dan sebangsanya. saya gak ngerti sama musiknya orang-orang kota kaya kangen2an, radja, ST12, matta, trus apalagi ya...saya sampe gak bisa abis pikir, bagusnya mereka tuh dimana...pokoke keep rock and roll ajah...

Miemiew mengatakan...

kaqkaqkaq..........I'm agree with ya'...saya sudah terlalu jenuh...radio&tipi pengen aku banting (tapi sayang, mahal)...Common, jangan puterin lagi...Cukup avenged sevenfold, muse, MCR, the used, ato sheila o7 juga boleh...

Darkum Bin Maksum mengatakan...

Gw nggak setuju ama lo bro..
pertama: musik adalah masalah selera, it's really depend on the market needs. Kita tdk bisa memaksakan idealisme bermusik kita dlm masy. yang plural. Tdk penting apakah penampilan-nya norak, kampungan, lagu-lagunya cupu selama masy. meng-apresiasi musik mereka, biarkan hukum alam yng menetukan; apakah akan eksis, berkembang atau mati.

Kedua: Bagaimanapun kita harus menghormati dan menghargai karya orang lain. Belajar lah untuk menghargai atau setidaknya tdk perlu bersikap apriori dan mencela. Tapi inilah realita masy. kalau gak skeptis ya apriori. Dan kita harus rubah budaya tsb. Peace with Love.

Ketiga: Kita harus menghilangkan idealis-intervension terhadap musik. Bukankah musik merupakan kebebasan berekspresi? Kebebasan menciptakan sebuah karya? Janganlah kita menjustifikasi sebuah karya dari kaca mata kita, krn musik itu bersifat relative. Musik yg menurut lo bagus belum tentu bagus buat gw dan juga sebaliknya. Mungkin bagi orang2 yg biasa nongkrong di Hard Rock Cafe, Score Cafe, NU China.. musik keroncong adl kampungan, norak, primitif.. tapi bagi gw itu sebuah karya seni, gw tetep menghargai dan meng-apresiasinya. Begitupun dengan musik dangdut.. mungkin sebagian orang alergi dgn dangdut krn representasi-nya adl musik kelas bawah, musik kaum marjinal... tapi buat gw itu adalah karya seni, it is an art yg harus dihargai.

http://musikpribumi.wordpress.com/

Fahrezal Sillia mengatakan...

Hi.. Video Reggae.
thanks pendapatnya..

setidaknya saya sudah punya itikad baik untuk menyelamatkan beberapa orang atas pembodohan. dari blog gak penting ini..
smoga anda termasuk didalamnya.

saya menghargai kebebasan bermusik tapi kalo musik yang gak lebih baik dari kualitas ben2 yang maen di acara 17an seperti ini, oh.. plis deh. Gak banget.

yah..perbedaan itu indah.

Unknown mengatakan...

gw prihatin baca tulisan lo. buktiin dong klo lo lebih baik dr kangen en radja. berkarya dong bukannya mengeluh en sumpah serapah (emang ini karakter org indon, termasuk gw, he35x).

bahkan Tuhan aja ga pernah menilai satu mahluk itu lebih jelek dr yg lain.

apalagi musik, yg gw tau musik itu pake hati, bukan pake emosi (baca: mengeluh en marah2). so, terbukti klo ben kacangan itu bisa menyentuh hati masyarakatnya. bukan sebaliknya mencela2 masyarakatnya dg bilang 'selera lo kacangan'.

btw, nice blog!