07 Desember 2012

Ketagihan Kopi


“Tidak minum kopi, Ama?” tanya Mama Desa saat melihat gelas kopi saya belum tersentuh. Itu kalimat pertama yang meluncur dari Mama Desa ke saya, yang sore itu bersama rombongan baru tiba di Tana Rara, juga kalimat yang mengantar saya untuk mencicipi kopi paling nikmat sedunia untuk pertama kalinya. 

Selama ini saya hanya penikmat kopi sachet-an, itupun campuran seperti kopi susu, kopi cream atau kofimix, bukan kopi hitam. Namun sejak perkenalan dengan kopi sumba sore itu, saya mulai ketagihan. Dari mulai subuh, pagi, siang, sore, malam, kopi menjadi minuman wajib. Bahkan di malam hari bisa 2-3 kali minum kopi.

Kalau teh paling nikmati sedunia yang pernah saya icip ada di Giri Sekar, kecamatan Panggang, Gunung Kidul, maka kopi paling nikmat sedunia ada disini, di Tana Rara, Sumba.

Ini kopi istimewa. Jika bertamu di kampung Gelakoko, kopi yang disuguhkan adalah kopi yang mereka tanam sendiri, sangrai sendiri dan ditumbuk sendiri dengan cara tradisional.

Sehari sebelum meninggalkan Tana rara saya sempat membeli 1 kg biji kopi dari petani yang berjualan saat hari pasar (pasar di Tana Rara hanya buka setiap sabtu). Oleh Mama Desa kemudian disangrai dan digiling di sebuah toko kelontong yang menyediakan jasa giling kopi.

Saat menulis ini saya tak minum kopi. Stok kopi Sumba saya yang tak lebih dari ½ kg itu tlah lama habis. Jadi, apakah ada yang ingin mengirimkan saya kopi Sumba? :D


2 komentar:

Anonim mengatakan...

Nice try....;)

I. Widiastuti mengatakan...

Kasihan Lek Sutar kamu tinggalin, dia nggak mau jualan susu jahe lagi lho Cal.